Jumat, 15 April 2011

Pendidikan narkoba di sekolah menengah dan Macam/Jenis Narkotika

Pendidikan narkoba di sekolah menengah

Informasi untuk orang tua
  • Mengapakah diadakan pendidikan narkoba di sekolah menengah?
Sewaktu kaum muda semakin dewasa, mereka menghadapi berbagai tantangan, misalnya membuat keputusan mengenai penggunaan narkoba. Kaum muda mempelajari tentang narkoba seperti obat, alkohol dan tembakau dari memperhatikan apa yang dilakukan dan mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Internet, televisi, majalah dan film juga memperlihatkan berbagai persoalan narkoba kepada kaum muda.
Dalam pelajaran pendidikan narkoba, kaum muda menerima informasi mutakhir mengenai narkoba dalam lingkungan yang aman dan mengasihi. Para pelajar mempelajari tentang pentingnya gaya hidup sehat dan mempraktekkan keterampilan yang membantu mereka tetap aman.

Apa saja yang diajar?
Di Kelas 7-10,  pendidikan narkoba diajar dalam kelas Perkembangan Pribadi, Kesehatan dan Pendidikan Jasmani (PDHPE). Para pelajar:
  • mengembangkan apa yang telah dipelajari di sekolah dasar
  • belajar tentang akibat dari narkoba sah, misalnya efek terhadap kesehatan dan hubungan seseorang, serta masyarakat
  • membicarakan alasan mengapa orang memilih untuk menggunakan atau tidak menggunakan narkoba, termasuk kepercayaan budaya atau agama
  • mempelajari tentang mariyuana dan obat terlarang lain
  • menganalisis pengaruh media, misalnya bagaimana penempatan dan penggunaan produk alkohol dan tembakau di televisi, film dan iklan mempengaruhi kelakuan dan sikap masyarakat
  • membicarakan undang-undang mengenai narkoba, termasuk mengemudi sewaktu terpengaruh oleh alkohol atau narkoba lain
  • berlatih keterampilan untuk membantu mereka tetap aman, misalnya, cara untuk menolak jika ditawarkan narkoba atau cara untuk mencegah dari menaiki mobil dengan pengemudi yang terpengaruh oleh alkohol atau narkoba lain
  • berlatih cara untuk menanggapi situasi darurat
  • menentukan jaringan dan badan penunjang di masyarakat mereka.


Di Kelas 11 dan 12, para pelajar berpartisipasi dalam Crossroads: Sebuah Kursus Perkembangan Pribadi and Pendidikan Jasmani untuk Tahap 6, yang memberikan dorongan kepada kaum muda untuk:
  • membicarakan persoalan yang penting bagi mereka, misalnya pesta dan perayaan secara aman, kelakuan yang bertanggung jawab sehubungan dengan penggunaan narkoba, dan akibat yang mungkin timbul dari menggabungkan narkoba.
  • mengembangkan keterampilan untuk menangani hal-hal yang mungkin mereka hadapi sewaktu dewasa, misalnya efek penggunaan narkoba terhadap hubungan, pekerjaan dan masyarakat.

Kontak dan dukungan
Jika orang tua prihatin tentang narkoba dan penggunaan narkoba, mereka dapat menghubungi:
  • kepala sekolah atau konselor di sekolah
  • pusat kesehatan daerah setempat 
  • NSW Office of Drug and Alcohol Policywww.druginfo.nsw.gov.auMenyediakan taut ke berbagai informasi mengenai sumber daya, hukum, pendidikan, perawatan dan sebagainya.di@yll
  • (Informasi Narkoba dan Perpustakaan Setempat Anda) http://diayll.sl.nsw.gov.au  Perpustakaan umum di NSW mempunyai koleksi sumber informasi narkoba.
Nomor telepon darurat
  • Darurat: 000 (Ambulans, Polisi, Pemadam Kebakaran)
  • Pusat Informasi Racun: 13 11 26
  
Apakah itu narkoba?
Secara umum, narkoba merupakan bahan yang dapat mengubah cara tubuh dan akal berfungsi. Segala narkoba, apakah yang sah atau yang terlarang, dapat mengakibatkan bahaya.
Narkoba sah termasuk alkohol, tembakau, kafeina dan obat. Beberapa narkoba terlarang mempunyai pembatasan yang menjadikan penjualan atau penggunaannya terlarang. Misalnya, dilarang menyuplai alkohol atau tembakau kepada orang di bawah usia 18 tahun. Narkoba terlarang termasuk mariyuana, ekstasi dan amfetamina.
Beberapa bahan, misalnya aerosol, perekat tertentu dan bensin, dapat mengakibatkan keracunan sewaktu uap, semprotan atau gas terisap. Ini dapat berbahaya sekali.
Bagaimanakah orang tua dapat melibatkan diri?
Dengan bekerja sama, orang tua dan sekolah dapat mengajar kaum muda mengenai bahaya yang mungkin timbul dari narkoba. Penting agar guru, orang tua dan para pelajar berbicara tentang apa saja yang pantas dalam program pendidikan narkoba sekolah mereka. Ini akan membantu memenuhi kebutuhan para pelajar dan masyarakat sekolah sehubungan dengan pendidikan narkoba.
Orang tua harus berbicara secara jujur dengan anak mereka tentang persoalan narkoba dan mendengarkan secara teliti apa yang dikatakan oleh anak kepada mereka. Orang tua diundang membicarakan segala keprihatinan mereka dengan sekolah.
Apakah peraturan sehubungan dengan narkoba di sekolah?
Merokok di sekolah dilarang sepanjang waktu. Ini termasuk semua bangunan sekolah, kebun, lapangan olah raga dan tempat parkir.
Alkohol tidak boleh dikonsumsi atau dibawa ke sekolah pada jam sekolah. Ini termasuk staf, para pelajar dan pengunjung. Alkohol juga tidak diperbolehkan di segala acara sekolah, misalnya dansa dan pesta selamat jalan, sewaktu ada pelajar dari sekolah manapun yang hadir.
Kepala sekolah akan menskors pelajar manapun yang mempunyai atau menggunakan bahan terlarang di sekolah. Para pelajar yang membantu pelajar lain untuk memperoleh bahan terlarang atau menyuplai bahan terbatas juga akan diskors.
Konselor sekolah akan membantu para pelajar yang mungkin menghadapi masalah dengan narkoba. Jika seorang pelajar diskors karena narkoba di sekolah, ada pelayanan konseling dan dukungan lain yang tersedia.
Sekolah mempunyai peraturan tentang narkoba. Ini termasuk penggunaan dan penyimpanan obat apabila anak-anak harus minum obat sewaktu di sekolah. Penting agar orang tua mengetahui tentang peraturan-peraturan ini.

Macam/Jenis Narkotika Yang Sering Disalahgunakan/Dipakai

Narkotika memiliki banyak jenis dan macamnya yang sering disalah gunakan oleh para pecandu. Narkotika tersebut antara lain seperti opium/opiat, morfin, heroin, kokain, mariyuana/kanabis/ganja, kodein dan opiat sintetik. Berikut ini adalah jenis-jenis atau macam-macam narkitoka-narkotika tersebut disertai pengertian arti definisi.

  1. Opiat / Opium
Opiat atau opium adalah bubuk yang dihasilkan kangsung oleh tanaman yang bernama poppy / papaver somniferum di mana di dalam bubuk haram tersebut terkandung morfin yang sangat baik untuk menghilangkan rasa sakit dan kodein yang berfungsi sebagai obat antitusif.
  1. Morfin
Mofrin adalah alkoloida yang merupakan hasil ekstraksi serta isolasi opium dengan zat kimia tertentu untuk penghilang rasa sakit atau hipnoanalgetik bagi pasien penyakit tertentu. Dampak atau efek dari penggunaan morfin yang sifatnya negatif membuat penggunaan morfin diganti dengan obat-obatan lain yang memiliki kegunaan yang sama namun ramah bagi pemakainya.
  1. Heroin
Heroin adalah keturunan dari morfin atau opioda semisintatik dengan proses kimiawi yang dapat menimbulkan ketergantungan / kecanduan yang berlipat ganda dibandingkan dengan morfin. Heroin dipakai oleh para pecandunya yang bodoh dengan cara menyuntik heroin ke otot, kulit / sub kutan atau pembuluh vena.
  1. Kodein
Kodein adalah sejenis obat batuk yang digunakan oleh dokter, namun dapat menyebabkan ketergantungan / efek adiksi sehingga peredarannya dibatasi dan diawasi secara ketat.
  1. Opiat Sintetik / Sintetis
Jenis obat yang berasal dari opiat buatan tersebut seperti metadon, petidin dan dektropropoksiven (distalgesic) yang memiliki fungsi sebagai obat penghilang rasa sakit. Metadon berguna untuk menyembuhkan ketagihan pada opium / opiat yang berbentuk serbuk putih. Opiat sintesis dapat memberi efek seperti heroin, namun kurang menimbulkan ketagihan / kecanduan. Namun karena pembuatannya sulit, opiat buatan ini jarang beredar kalangan non medis.
  1. Kokain / Cocaine Hydrochloride
Kokain adalah bubuk kristal putih yang didapat dari ekstraksi serta isolasi daun coca (erythoroxylon coca) yang dapat menjadi perangsang pada sambungan syaraf dengan cara / teknik diminum dengan mencampurnya dengan minuman, dihisap seperti rokok, disuntik ke pembuluh darah, dihirup dari hidung dengan pipa kecil, dan beragam metode lainnya.
Kenikmatan menggunakan kokain hanya dirasakan sebentar saja, yaitu selama 1 sampai 4 menit seperti rasa senang riang gembira, tambah pede, terangsang, menambah tanaga dan stamina, sukses, dan lain-lain. Setelah 20 menit semua perasaan enak itu hilang seketika berubah menjadi rasa lelah / capek, depresi mental dan ketagihan untuk menggunakannya lagi, lagi dan lagi sampai mati.
Efek psikologis atau mental spiritual yang dapat ditimbukan dari penggunaan kokain secara terus menerus adalah :
-          Darah tinggi
-          Sulit bobo / susah tidur
-          Bola mata menjadi kecil
-          Hilang nafsu makan / kurus
-          Detak jantung jadi cepat
-          Terbius sesaat, dan sebagainya
  1. Ganja / Mariyuana / Kanabis
Mariyuana adalah tanaman semak / perdu yang tumbuh secara liar di hutan yang mana daun, bunga, dan biji kanabis berfungsi untuk relaksan dan mengatasi keracunan ringan (intoksikasi ringan).
Zat getah ganja / THC (delta-9 tetra hidrocannabinol) yang kering bernama hasis, sedangkan jika dicairkan menjadi minyak kanabasis. Minyak tersebut sering digunakan sebagai campuran rokok atau lintingan tembakau yang disebut sebagai cimenk, cimeng, cimenx, joint, spleft, dan sebagainya.
Ganja dapat menimbulkan efek yang menenangkan / relaksasi. Orang yang baru memakai ganja atau mariyuana memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-          Mabuk / mabok dengan mata merah.
-          Tubuh lemas dan lelah.
-          Bola mata menjadi besar.
Bagi pengguna ganja alias mariyuana semua itu tidak masalah walaupun banyak menimbulkan efek buruk bagi fisik dan mental, yakni antara lain sebagai berikut ini :
-          Kemampuan konsentrasi berkurang.
-          Daya tangkap syaraf otak berkurang.
-          Penglihatan kabur / berkunang-kunang.
-          Pasokan sirkulasi darah ke jantung berkurang.

Yang penting bagi pecandu ganja adalah efek enak dan nikmat dunia yang semu seperti :
-          Rasa gembira.
-          Percaya diri / PD meningkat pesat.
-          Peka pada suara.


Hubungilah sekolah Anda untuk bertanya tentang program pendidikan narkoba sekolah Anda.

Kehamilan Ektopik Terganggu

Pendahuluan
Di Indonesia komplikasi kehamilan trimester pertama dalam bentuk kehamilan ektopik tidak jarang ditemui. Kehamilan ektopik sering disebutkan juga kehamilan di luar rahim atau kehamilan di luar kandungan. Sebenarnya kehamilan ektopik berbeda dari kehamilan di luar rahim atau di luar kandungan. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang berimplantasi dan berkembang di luar tempat yang biasa. Biasanya peristiwa implantasi zigot terjadi di dalam rongga rahim tetapi bukan pada serviks dan kornu. Dengan demikian kehamilan yang berkembang di dalam serviks dan atau di dalam kornu (bagian interstisial uterus) walaupun masih bagian dari rahim adalah kehamilan ektopik. Istilah kehamilan di luar kandungan malah jauh menyimpang karena saluran telur, indung telur dan rahim semuanya termasuk alat kandungan, padahal kehamilan ektopik yang terbanyak adalah kehamilan yang terjadi di dalam saluran telur dan bahkan juga pada indung telur. Satu-satunya kehamilan yang bisa disebut di luar kandungan adalah kehamilan abdominal.
Epidemiologi
Kehamilan ektopik yang pecah sangat dini (hanya beberapa hari terlambat haid) umumnya tidak menyebabkan perdarahan yang serius dan rasa nyeri pun sangat minimal sehingga penderita tidak waspada. Jadi dapat dipikirkan insiden penyakit ini sesungguhnya lebih tinggi daripada yang dilaporkan. Kejadian yang terbanyak dilaporkan di Jamaica yaitu 1 dalam 28 kehamilan. Di beberapa tempat di Indonesia dilaporkan insiden yang serupa. Dalam kepustakaan, insidennya berbeda-beda dari 1 dalam 28 sampai 1 dalam 329 kehamilan. Di Amerika dilaporkan 1 dalam 80 sampai 200 persalinan. Oleh karena penyakit infeksi alat kandungan dalam yang disebutkan menjadi penyebab utama kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk dan keadaan kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di negara sedang berkembang dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah daripada di negara maju dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi tinggi. Kehamilan ektopik dilaporkan juga lebih tinggi pada mereka yang mengalami kemandulan, infeksi gonorea, infeksi pasca keguguran, menderita tuberkulosis, dan infeksi-infeksi lain dari saluran telur, pada akseptor alat kontrasepsi dalam rahim dan pil yang mengandung hanya progestagen. Dewasa ini kejadiannya meningkat karena meningkatnya hal-hal yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik seperti penyakit menular seksual, popularitas macam-macam kontrasepsi, tubektomi yang gagal, rekanalisasi dan induksi ovulasi.
1. Kehamilan ektopik tuba
a. Kehamilan pars interstitialis
b. Kehamilan pars istmika tuba
c. Kehamilan pars ampularis tuba
d. Kehamilan pars infundibulum tuba
2. Kehamilan ektopik diluar tuba
a. Kehamilan ovarium
b. Kehamilan intraligamenter
c. Kehamilan servikal
d. Kehamilan abdominal
Etiologi kehamilan ektopik
Penyebab kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur dibagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan sehingga pada saat nidasi masih di tuba, atau nidasinya di tuba dipermudah.
Faktor-faktor yang menyebabkan kehamilan ektopik sebagai berikut:
1. Faktor uterus:
a. Tumor rahim yang menekan tuba.
b. Uterus hipoplastik.
2. Faktor tuba:
a. Penyempitan lumen tuba oleh karena infeksi endosalfingitis.
b. tuba sempit, panjang dan berlekuk-lekuk
c. gangguan fungsi rambut getar (silia) tuba.
d. operasi dan sterilisasi tuba yang tidak sempurna.
e. endometriosis tuba.
f. stiktur tuba.
g. divertikel tuba dan kelainan congenital lainnya.
h. perlekatan peritubal dan lekukan tuba.
i. tumor lain menekan tuba.
j. lumen kembar dan sempit.
3. Faktor ovum.
a. migrasi eksterna dari ovum
b. perleketan membrane granulose.
c. rapid cell devinision.
d. migrasi internal ovum.
4. Kegagalan kontrasepsi
Sebenarnya insiden sesungguhnya kehamilan ektopik berkurang karena kontrasepsi sendiri mengurangi insiden kehamilan. Akan tetapi di kalangan para akseptor bisa terjadi kenaikan insiden kehamilan ektopik apabila terjadi kegagalan pada teknik sterilisasi tuba, kegagalan alat kontrasepsi dalam rahim, dan kegagalan pil yang mengandung hanya progestagen saja. Kegagalan sterilisasi terjadi apabila terbentuk fistula yang meloloskan spermatozoa sehingga dapat terjadi konsepsi terhadap ovum di dalam ampulla tetapi konseptus tidak dapat masuk kembali ke dalam saluran telur untuk selanjutnya kembali ke dalam rahim seperti biasa.
5. Peningkatan afinitas mukosa tuba
Dalam hal ini terdapat elemen endometrium ektopik yang berdaya meningkatkan implantasi pada tuba.
6. Pengaruh proses bayi tabung
Etiologi kehamilan ektopik dapat juga ditelusuri menurut sistematika kelainan faktor tuba, faktor zigot, dan faktor endokrin sebagai berikut :
1. Faktor tuba
Sebab yang paling utama kehamilan ektopik pada saluran telur adalah infeksi. Proses radang dalam rongga panggul kecil melibatkan saluran telur sehingga mukosanya melekat dan lumen menyempit. Perlengketan tersebut dapat menyebabkan telur yang sudah dibuahi terperangkap di dalam tuba ataupun perjalanannya kembali ke dalam rahim terganggu. Keadaan yang begini umumnya adalah akibat infeksi gonorea. Pada masa lalu di waktu belum ada antibiotika infeksi gonorea menyebabkan penutupan yang sempurna dari lumen tuba. Sekarang dengan pengobatan antibiotika yang sesuai kejadian itu telah menurun menjadi kira-kira 15% saja.
Faktor dari tuba dibagi menjadi:
a. Faktor dalam lumen tuba:
· Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.
· Pada hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berkeluk- keluk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.
· Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab lumen menyempit.
b. Faktor pada dinding tuba:
· Endometriosis tuba dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba.
· Divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu.
c. Faktor diluar dinding tuba:
· perleketan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat mengghambat perjalanan telur.
· Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.
2. Faktor zigot
Berbagai kelainan perkembangan zigot seperti keadaan zona pelusida yang tidak normal dikaitkan dengan kejadian kehamilan ektopik pada tuba. Pada analisis kromosom dari sejumlah kehamilan ektopik pada tuba didapati sepertiganya ada kelainan kariotip. Pada pemeriksaan embrio didapati insiden neural tube defect yang tinggi dan berbagai kelainan pertumbuhan lain.
3. Faktor endokrin
Gerakan peristaltik tuba dan bulu getarnya terpengaruh apabila rasio estrogen/progesteron berubah seperti halnya pada insufisiensi korpus luteum atau ovulasi terlambat. Kejadian kehamilan ektopik dilaporkan tinggi setelah induksi ovulasi dengan gonadotropin yang berasal dari hipofisis atau korion. Telur yang telah dibuahi juga bisa terperangkap di dalam saluran telur jika gerakan peristaltiknya terpengaruh sehingga terganggu perannya di dalam transportasi seperti disebabkan pengaruh prostaglandin, katekolamin dan yang sejenisnya.
4. Faktor lain
Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus; pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi premature.
Faktor resiko
1. Riwayat kehamilan ektopik
2. Sedang menggunakan AKDR
3. Riwayat pembedahan tuba
4. Riwayat PID
5. Riwayat infertilitas
Patologi
Mukosa pada tuba bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan blastokista yang berimplantasi di dalamnya. Vaskularisasi kurang baik, dan desidua tidak tumbuh dengan sempurna. Ada 3 kemungkinan :
1. Ovum mati dan kemudian diresorbsi, dalam hal ini seringkali adanya kehamilan tidak diketahui, dan perdarahan dari uterus yang timbul setelah meninggalnya ovum, dianggap sebagai haid yang datangnya terlambat
2. Trofoblast dan villus korialisnya menembus lapisan pseudokapsularis dan menyebabkan timbulnya perdarahan dalam lumen tuba. Darah itu menyebabkan perdarahan tuba (hematosalping), dan dapat pula mengalir terus ke peritoneum, berkumpul di kavum douglasi dan menyebabkan hematokele retrouterina. Peristiwa ini terkenal dengan nama abortus tuba,ovum untuk sebagian atau seluruhnya ikut memasuki lumen tuba dan keluar dari ostrium tuba abdominalis. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla. Darah yang keluar kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
3. Trofoblast dan villus khorialis menembus lapisan muskularis dan peritoneum pada dinding tuba dan menyebabkan perdarahan langsung ke rongga peritoneum. Peristiwa ini sering terjadi pada kehamilan isthmus, dapat menyebabkan perdarahan banyak karena darah mengalir secara bebas dalam rongga peritoneum dan dapat menyebabkan keadaan yang gawat pada penderita.
Pada kehamilan di pars interstisialis tuba, pembesaran terjadi pada jaringan uterus di sekeliling pars interstisialis. Jaringan ini sebagian besar terdiri atas miometrium tidak lekas ditembus oleh villus khorialis, sehingga kehamilan bisa berlangsung terus sampai 16 – 20 minggu. Akan tetapi perdarahan sebagai akibat dari rupture tidak jarang hebat sekali, sehingga memerlukan pertolongan segera untuk mengatasinya.
Uterus walaupun tidak terisi mudigah di dalamnya pada kehamilan ektopik juga membesar dan lembek di bawah pengaruh hormone dan terjadi pembentukan desidua di dalam uterus.
Perubahan pada rahim
Perubahan yang terjadi pada rahim sama dengan yang terjadi pada kehamilan biasa. Miometrium dan endometrium sama-sama dipengaruhi oleh hormon kehamilan, dan hormon yang dihasilkan oleh kehamilan ektopik serupa seperti yang dihasilkan oleh kehamilan biasa. Pada mulanya rahim melembut kemudan membesar karena hipertrofi dan hiperplasi dari sel-sel otot polosnya. Pembesaran rahim baru nyata dapat diperiksa apabila kehamilan ektopik telah berusia lebih dari 6 minggu seperti halnya dengan kehamilan yang normal. Pada usia kehamilan di atas 6 minggu rahim sedikit lebih besar dari pada biasa. Jika implantasi terjadi di bagian interstisial bagian ini akan membesar sehingga teraba sebuah benjolan di samping fundus. Benjolan ini perlahan-lahan membesar dan menimbulkan nyeri. Keadaan begini sulit dibedakan dengan proses degenerasi merah yang dialami mioma jika terjadi kehamilan pada rahim yang mengandung mioma.
Perubahan pada tempat implantasi
Karena pertumbuhannya yang bersifat invasif sel-sel trofoblas menembusi jaringan yang terdapat di sekitarnya. Sudah barang tentu pembuluh darah dari dinding tuba sendiri adalah yang terlebih dahulu terkena serangan invasi trofoblas sehingga terjadi perdarahan. Konseptus yang bertumbuh menyebabkan lumen tuba memebsar hal mana menyebabkan dindingnya menipis dan pada suatu ketika terjadilah robekan oleh invasi trofoblas. Robekan diding tuba sudah tentu menambah perdarahan. Reaksi desidua yang lemah pada tempat implantasi tidak cukup mampu memelihara konseptus sehingga pada akhirnya mati dan pembuluh darahnya pun mengalami erosi. Sekalipun embrionya telah mati untuk sementara waktu sel-sel trofoblas masih bisa hidup dan terus berinvasi.
Klasifikasi Kehamilan Ektopik Selain Kehamilan Tuba.
1. Kehamilan abdominal
Dibedakan menjadi:
a. Kehamilan abdominal primer
Yaitu setelah terjadi fertilisasi, zigot berimplantasi di dalam kavum abdominal.
b. Kehamilan abdominal sekunder
Yaitu zigot berimplantasi di dalam tuba atau ditempat lain terlebih dulu lalu zigot berimplantasi di kavum abdominal setelah terjadi rupture tuba.
Kehamilan abdominal biasanya disertai dengan gejala iritasi peritoneum antara lain: nyeri perut bagian bawah, mual dan muntah. Diagnosis ditegakkan dengan palpasi; kadang teraba uterus terpisah dengan janin. Dapat pula dilakukan tes oksitosin. Caranya dengan menyuntikkan oksitosin intravena. Adanya kontraksi uters menunjukkan adanya kehamilan intrauterine, sedangkan bila tidak terjadi kontraksi berarti terjadi kehamilan intrabdominal.
2. Kehamilan ovarial
Diagnosis kehamilan ovarial ditegakkan atas dasar criteria Spielberg:
a. tuba pada sisi kehamilan harus normal
b. kantung janin harus terletak di dalam ovarium
c. kantung janin harus dihubungkan dengan uteru oleh ligamentum ovarii propium
d. jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin
Kehamilan ini biasanya rupture pada umur kehamilan awal yang kemudian menyebabkan perdarahan intraabdomen
3. Kehamilan servikal
Implantasi zigot dalam kanalis servikalis biasanya menyebbabkan perdarahan tanpa rasa nyeri pada umur kehamilan awal. Jika kehamilan terus berlanjut, serviks membesar dengan OUE sedikit tebuka. Kehamilan servikal jarang berlanjut sampai umur kehamilan 12 minggu dan biasanya diakhiri secara operatif karena perdarahan. Pengeluaran hasil konsepsi pervaginam dapat menyebabkan perdarahan hebat, sehingga kadang diperlukan tindakan histerektomi total.
Diagnosis kehamilan servikal ditegakkan dengan criteria Rubin:
a. Kelenjar serviks harus ditemukan ditempat yang berseberangan dengan tempat implantasi zigot
b. Plasenta berimplantasi dibawah dibawah arteri uterine atau dibawah peritoneum viscerale uterus.
c. Janin tidak boleh terdapat di daerah korpus uterus.
d. Plasenta berimplantasi kuat di serviks
Namun criteria Rubin ini menyulitkan tim medis karena harus dilakukan histerektomi atau biopsy jaringan yang adekuat. Karena itu digunakan criteria klinis dari Paalman & McElin (1959):
a. Ostium uteri internum tertutup
b. Ostium uteri eksternum sebagian membuka
c. Seluruh hasil konsepsi terletak didalam endoserviks
d. Perdarahan uterus setelah fase amenorrhea, tanpa disertai nyeri
e. Serviks lunak, membesar, dapat lebih besar daripada fundus sehingga membentuk hour-glass uterus.
Gambaran Klinik
Berdasarkan atas gambaran klinik kehamilan ektopik dibagi ke dalam dua kelompok yaitu kelompok yang bergejala jelas dan kelompok yang bergejala samar. Pada kelompok yang bergejala jelas mula-mula yang terlihat adalah gejala klasik kehamilan muda seperti rasa mual dan pembesaran disertai rasa agak sakit pada payudara yang didahului dengan keterlambatan haid. Kemudian secara berurutan datang perasaan tidak enak pada perut di bagian bawah, keluar bercak darah melalui kemaluan, merasa amat lemah, dan berakhir dengan rasa amat nyeri seperti tersayat pisau dan berulang-ulang ketika tuba robek atau pada waktu tuba sedang terancam robek, kemudian terjadi sinkop dan boleh jadi disertai rasa nyeri pada bahu bila darah dalam rongga peritoneum cukup banyak yang mengalir ke dalam ruangan antara hati dengan diafragma dan merangsang nervus phrenicus lalu terjadilah nyeri yang memancar pada bahu. Namun demikian semua gejala tersebut dapat bervariasi oleh karena ciri robekan dan perdarahan yang tidak dapat diramal dan rasa nyeri di dalam perut, perbedaan lokasi implantasi pada tuba, kecepatan distensi dan proses robekan yang terjadi pada tuba, dan jumlah darah yang mengalir serta cepatnya darah keluar berbeda datu dengan lain kasus.
Diagnosis Banding
1. Appendisitis akut
2. Salpingitis
3. Torsi tangkai tumor ovarium dan pecahnya folikel
4. Abortus iminen
5. Corpus lutheum hemoragis
6. Pelvic inflammatory disease (PID)
Diagnosis
1. Anamnesis
Biasanya ibu mengeluh amenorhea dan kadang terdapat gejala subyektif kehamilan, kadang terdapat nyeri perut bagian bawah, perdarahan biasanya terjadi setelah nyeri perut bagian bawah.
2. Pemeriksaan umum
Keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk, penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan abdominale dapat dijumpai tanda shock. Cavum douglas yang menonjol menunjukkan adanya hematocele retrouterina. Suhu kadang naik sehingga menyulitkan pembedaan dengan infeksi pelvik.
3. Pemeriksaan ginekologi
Tanda kehamilan mungkin dapat di temukan. Nyeri pada pergerakan serviks positif, uterus terasa sedikit membesar dan kadang teraba massa di samping uterus dengan batas yang sukar ditentukan.
4. Pemeriksaan penunjang (kuldosentesis, USG, laparoskopi)
Pada pemeriksaan USG terlihat adanya gestational sac di luar uterus, uterus berukuran normal atau sedikit mengalami pembesaran yang tidak sesuai dengan umur kehamilan, endometrium menebal echogenik sebagai akibat reaksi desidua, kavum uteri sering terisi cairan eksudat yang diproduksi oleh sel desidua yang pada pemeriksaan terlihat sebagai struktur cincin anecholic yang disebut gestational sac palsu.
Pada pemeriksaan laparoskopi secara sitematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba,cavum douglas dan ligamentum latum.
5. Pemeriksaan laboratorium
Tes urine HCG positif tapi bisa juga negatif.tes kehamilan bergia jika positif, tapi hasil tes negatif tidak menyingkirkan kemungkinan adanya kehamilan ektopik.
6. Diagnosis pasti
Diagnosis pasti hanya dapat di tegakkan dengan laparotomi
Manajemen
Dalam menghadapi penderita dengan kehamilan ektopik yang pecah diperlukan keterpaduan tindakan yang sistematik. Pada umumnya tindakan yang demikian dapat diuraikan menjadi 3 komponen tindakan, yaitu mengatasi kegawatan (emergency treatment), menutup perlukaan yang terjadi (surgical treatment), dan membantu penyembuhan (supportive treatment).
1. Mengatasi kegawatan
Masalah gawat yang timbul biasanya adalah syok akibat perdarahan yang banyak. Untuk mengatasinya perlu segera penderita diberi transfusi darah sejumlah yang diperkirakan hilang atau paling tidak diberi infus dengan plasma ekspander atau larutan garam fisiologis yang banyak unutk mempertakankan volume untuk seterusnya diangkut ke rumah sakit. Donor darah harus secepatnya dihubungi oleh karena yang diperlukan adalah whole blood transfusion dengan darah segar yang adalah juga volume ekspander yang terbaik. Tidak jarang diperlukan transfusi darah dalam jumlah yang banyak dan apabila perdarahan cukup berat pindah tuang darah perlu dilakukan dibawah tekanan. Dalam keadaan tidak ada donor yang sesuai dapat dilakukan autotransfusi dengan mempergunakan darah penderita sendiri yang telah dilarutkan dalam 200 ml larutan sitran natrikus untuk tiap liter darah dan disaring. Disamping itu tindakan anti syok lain perlu diberikan seperti posisi penderita dengan kepala lebih rendah, dicegah agar penderita tidak menggigil kedinginan dengan memberikan kehangatan, pemberian gas zat asam, dan pemasangan tourniquet dengan tekanan sedang pada paha. Dalam keadaan syok pemberian dopamin perlu dipertimbangkan. Tindakan ini perlu diikuti oleh tindakan operatif dengan segera untuk menyelamatkan jiwa.
2. Laparatomi
Laparatomi dengan insisi median lebih menguntungkan daripada insisi melintang Pfannenstiel terutama dalam keadaan gawat, lebih-lebih bila disertai perlekatan dan sebagainya. Anestesia umum yang diberikan hendaknya tidak menimbulkan depresi, melainkan dianjutkan memakai stimulant general anesthesia. Hindari pemakaian block anesthesia dan thiopental. Laparotomi perlu dikerjakan dengan cepat terlebih bila menghadapi penderita yang masih dalam keadaan syok oleh perdarahan yang masih berlangsung. Setelah insisi segera lakukan eksplorasi ke dalam rogga abdomen ke arah rongga panggul dengan cepat dan hati-hati untuk mendapatkan lokasi ruptur. Darah dan bekuan darah yang telah membanjiri rongga perut dikeluarkan dengan alat penghisap sehingga lapangan operasi terlihat jelas dan pengamatan dapat dilakukan dengan seksama. Secepatnya bagian yang robek diklem untuk mencapai keadaan hemostasis dengan segera. Langkah selanjutnya ialah menentukan operasi apa yang akan dilakukan. Operasi-operasi pilihan adalah salpingektomi total atau segmental, salpingostomi, salpingotomi, reseksi kornu, atau histerektomi. Semua ini bergantung kepada beberapa faktor antara lain keadaan klinis penderita, keinginannya untuk hamil kembali, usia penderita, lokasi kehamilan ektopik, dan sebagainya.
3. Tindakan yang membantu penyembuhan
a. Untuk mencegah atau mengatasi infeksi diberikan suntikan antibiotika biasanya yang berspektrum luas.
b. Pada kehamilan ektopik yang belum pecah dengan diameter massa ektopik terbesar 3,5 cm. atau kurang bila dapat dideteksi hanya dengan pemeriksaan ultrasonografi transvaginal dengan reaksi kehamilan positip diberikan pengombatan methotrexate (MTX) dosis tunggal 50 mg/m2 secara intramuskular yang diperkuat dengan insulin untuk meningkatkan daya toksisitas MTX terhadap sel-sel trofoblas.
Tahap-Tahap Penatalaksanaan Kehamilan Ektopik
Setelah diagnosis ditegakkan, segera lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat.
Ketersediaan darah pengganti bukan menjadi syarat untuk melakukan tindakan operatif karena sumber perdarahan harus segera dihentikan.
Upaya stabilisasi harus dilakukan dengan segera merestorasi cairan tubuh dengan larutan kritaloid NS atau RL (500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung).
Bila darah pengganti belum tersedia, berikan autotransfussion berikut ini:
Pastikan darah yang dihisap dar rongga abdomen telah melalui alat penghisap dan wadah penampung yang steril.
Saring darah yang tertampung dengan kain steril dan masukkan ke dalam kantong darah (blood bag). Bila kantong darah tidak tersedia, masukkan dalam botol bekas cairan infuse (yang baru terpakai dan bersih) dengan diberikan larutan Sodium sitrat 10 ml untuk setiap 90 ml darah.
Transfusikan darah melalui slang transfuse yang yang mempunyai saringan pada bagian tabung tetesan.
5. Tindakan pada tuba dapat berupa:
Parsial Salfingektomi yaitu melakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi
Salfingostomi (hanya dilakukan sebagai upaya konservasi dimana tuba tersebut merupakan salah satu yang masih ada) yaitu mengeluarkan hasil konsepsi pada satu segmen tuba kemudian diikuti dengan reparasi bagian tersebut. Resiko tindakan ini adalah control perdarahan yang kurang sempurna atau rekurensi (kehamilan ektopik ulangan).
Salfingografi (pengikatan tuba) jika hanya ada robekan kecil.
6. Pemberian kemoterapi diberikan jika:
Kehamilan belum mengalami rupture
Ukuran gestasional sac ? 4 cm
Perdarahan dalam rongga perut < 100 ml
Tanda vital baik dan stabil
Tidak didapatkan denyut jantung janin
Sebelumnya dilakukan pemeriksaan ? hCG
7. Laparaskopi, dilakukan pada kehamilan ektopik yang tidak mengalami komplikasi sebagai tindakan monitoring.
8. Mengingat kehamilan ektopik berkaitan dengan gangguan fungsi transportasi tuba yang disebabkan oleh proses infeksi maka sebaiknya pasien diberikan antibiotika kombinasi atau tunggal dengan spectrum yang luas.
Antibiotika
Cara pemberian
Dosis
Sulbenisilin                                     IV         3 x 1 g
Gentamisin                                     IV         2 x 80 mg
Metronidazol                                  IV        2 x 1 g
Seftriaksone                                   IV        1 x 1 g
Amoksisiklin + Klavulanik Acid      IV        3 x 500 mg
Klindamisin                                    IV         3 x 600 mg

9. Untuk kendali nyeri pascatindakan dapat diberikan:
      Ketofen 100 mg supositoria
      Tramadol 200 mg IV
      Pethidin 50 mg IV (siapkan antidotum terhadap reaksi hipersensitivitas)
10. Atasi anemia dengan tablet besi (SF) 600 mg per hari.
11. Konseling pascatindakan
      Kelanjutan fungsi reproduksi
      Resiko kehamilan ektopik ulangan
      Asuhan mandiri selama dirumah
      Jadual kunjungan ulang
Komplikasi
Komplikasi yang utama adalah akibat yang ditimbulkan oleh perdarahan yaitu anemia, syok, dan kematian. Perdarahan intraabdominal yang berlangsung cepat dan dalam jumlah yang banyak bisa menyebabkan syok bahkan kematian dengan segera.
Prognosis
Prognosis bergantung kepada jumlah darah yang keluar, kecepatan menetapkan diagnosis dan tindakan yang tepat.

HAMIL EKTOPIK ( Hamil di luar kandungan )


Definisi
Kehamilan dengan ovum yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri
Klasifikasi
a. Tuba Fallopii
Pars interstisialis
Isthmus
Ampulla
Infundibulum
Fimbria
b. Uterus
Kanalis servikalis
Divertikulum
Kornua
Tanduk rudimenter
c. Ovarium
d. Intraligamenter
e. Abdominal
Primer
Sekunder
f. Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
Prevalensi
Sebagian besar wanita 25-35 tahun
1 diantara 300 kehamilan (mkn lebih tinggi)
Terbanyak adalah kehamilan tuba (90%) khususnya di ampula atau isthmus
Kehamilan Tuba
Dijelaskan secara detail di halaman tersendiri
Kehamilan Servikal
Jarang
Biasanya tjd abortus spontan didahului perdarahan yang makin lama makin byk
Jarang sampai 20 minggu
Tindakan kerokan kavum uteri dan kanalis servikalis
Diagnosa tegak lebih dini dg USG
Kehamilan Divertikulum Uterus
Jarang sekali dan sulit didiagnosa
Diagnose tegak dg USG dan MRI
Akibatnya: rupture keluar uterus atau abortus
Kadang kehamilan dpt terus berlangsung dan memerlukan laparotomi untuk melahirkan janin diikuti dg histerektomi
Kehamilan Ovarial
Jarang
Terjadi bila spermatozoon memasuki folikel de Graaf yang baru saja pecah dan menyatu dg ovum yang msh di dalam folikel
Akibatnya: ovum yg dibuahi mati atau rupture
Diagnosis hrs memenuhi syarat Spiegelberg:
Tuba pd tempat kehamilan hrs normal/bebas terpisah dr ovarium
Kantong janin hrs terletak dalam ovarium
Ovarium yang mengandung kantong janin harus berhubungan dg uterus lewat ligamentum ovarii proprium
Hrs ditemukan jaringan ovarium dalam dinding kantong janin
Kehamilan Kombinasi Intra dan Extrauterin
1 dari 6000 kehamilan
Kehamilan kembar dg satu ovum yang dibuahi berimplantasi di kavum uteri dan ovum yg lain dibuahi dan berimplantasi di tuba.
Kehamilan Abdominal
Bisa primer atau sekunder
Primer: Ovum dan spermatozoon bertemu di satu tempat di peritoneum dalam rongga perut
Sekunder: kehamilan tuba yang kemudian janin yang msh hidup meninggalkan tuba melalui ostium abdominalis atau lewat sobekan dinding tuba.
Ancaman bahaya perdarahan dan ileus
Biasanya janin mati dan diresorbsi/mumifikasi/kalsifikasi(lithopedion)/abses
Diagnosis
Rasa nyeri berlebihan
Letak janin tidak normal
Palpasi : bagian2 janin teraba jelas dibawah dinding abdomen atau teraba tumor sebesar tinju dibawah simpisis yaitu uterus
Tes oksitosin
Foto roentgen
Histerosalpingografi
USG
MRI
Terapi
Operasi harus segera dilakukan pd janin yg masih hidup, tidak terlalu urgen pada janin yg sudah mati
Biasanya plasenta ditinggalkan di dalam perut

KONSEP HOSPITALISASI


A. PENGERTIAN

Hospitalisasi merupakan keadaan dimana orang sakit berada pada lingkungan rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan dalam perawatan atau pengobatan sehingga dapat mengatasi atau meringankan penyakitnya. Tetapi pada umumnya hospitalisasi dapat menimbulkan ketegangan dan ketakutan serta dapat menimbulkan gangguan emosi atau tingkah laku yang mempengaruhi kesembuhan dan perjalanan penyakit anak selama dirawat di rumah sakit.

Hospitalisasi adalah suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.

Stressor yang mempengaruhi permasalahan di atas timbul sebagai akibat dari dampak perpisahan, kehilangan kontrol ( pembatasan aktivitas ), perlukaan tubuh dan nyeri, dimana stressor tersebut tidak bisa diadaptasikan karena anak belum mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dengan segala rutinitas dan ketidakadekuatan mekanisme koping untuk menyelesaikan masalah sehingga timbul prilaku maladaptifdari anak.

Untuk mengurangi dampak rawat nginap di rumah sakit, peran perawat sangat berpengaruh dalam mengurangi ketegangan anak. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi dampak stress hospitalisasi antara lain :

a.     Meminimalkan dampak perpisahan

b.     Mengurangi kehilangan kontrol

c.      Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan nyeri.

 

 

 

Untuk dapat mengambil sikap sesuai dengan peran perawat dalam usahanya meminimalkan stress akibat hospitalisasi, perlu adanya pengetahuan sebelumnya tentang stress hospitalisasi, karena keberhasilan suatu asuhan keperawatan sangat tergantung dari pemahaman dan kesadaran mengenai makna yang terkandung dalam konsep-konsep keperawatan serta harus memiliki pengetahuan , sikap dan keterampilan dalam menjalankan tugas sesuai dengan perannya. Untuk itu, penelitian ini dibuat untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap perawat dalam meminimalkan stress akibat hospitalisasi pada anak pra sekolah

Berbagai perasaan yang muncul pada anak yaitu :

-         cemas

-         marah

-          sedih

-          Takut

-          rasa bersalah

-         Perasaan itu timbul karena menghadapi sesuatu yg baru dan belum pernah dialami

Apabila anak stress selama dalam perawatan,orang tua menjadi sress pula, dan streess orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin miningkat. Sehingga asuhan kep tidak bisa hanya berfokus pada anak , tetapi juga pada orangtuanya.


§        Faktor-Faktor yang mempengaruhi Hospitalisasi pada anak
1.     Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan, monster, pembunuhan dan  diawali oleh situasi yang asing.àbinatang buas
2.     Gangguan kontak social jika pengunjung tidak diizinkan
3.     Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
4.     Prosedur yang menyakitkan
5.     Takut akan cacat atau mati.
6.     Berpisah dengan orang tua dan sibling



 

B. REAKSI HOSPITALISASI

Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia perkembangan anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan,kehilangan,
perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.

§        Hospitalisasi bagi keluarga dan anak dapat dianggap sebagai:
1.Pengalaman yang mengacam
2.Stressor
Keduanya dapat menimbulkan krisis bagi anak dan keluarga


§        Bagi anak hal ini mungkin terjadi karena :
1.Anak tidak memahami mengapa dirawat / terluka
2.Stress dengan adanya perubahan akan status kesehatan, lingkungan dan kebiasaan sehari-hari
3.Keterbatasan mekanisme koping

§        Reaksi anak terhadap sakit dan hospitalisasi dipengaruhi :
1.Tingkat perkembangan usia
2.Pengalaman sebelumnya
3.Support system dalam keluarga
4.Keterampilan koping
5.Berat ringannya penyakit

§        Stress yang umumnya terjadi berhubungan dengan hospitalisasi:
1.Takut
1)Unfamiliarity
2)Lingkungan rumah sakit yang menakutkan
3)Rutinitas rumah sakit
4)Prosedur yang menyakitkan
5)Takut akan kematian

2.Isolasi
Isolasi merupakan hal yang menyusahkan bagi semua anak terutama berpengaruh pada anak dibawah usia 12 tahun
Pengunjung, perawat dan dokter yang memakai pakaian khusus ( masker, pakaian isolasi, sarung tangan, penutup kepala ) dan keluarga yang tidak dapat bebas berkunjung.

3.Privasi yang terhambat
Terjadi pada anak remaja ; rasa malu, tidak bebas berpakaian




A. Stressor pada Infant

a. pengertian
Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan        Separation Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya. Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan menangis kuat.

b. Separation anxiety ( cemas karena perpisahan )
-Pengertian terhadap realita terbatas hubungan dengan ibu sangat dekat
-Kemampuan bahasa terbatas

c. Respon Infant akibat perpisahan dibagi tiga tahap
1.Tahap Protes ( Fase Of Protes )
-Menangis kuat
-Menjerit
-Menendang
-Berduka
-Marah

2.Tahap Putus Asa ( Phase Of Despair )
-Tangis anak mula berkurang
-Murung, diam, sedih, apatis
-Tidak tertarik dengan aktivitas di sekitarnya
-Menghisap jari
-Menghindari kontak mata
-Berusaha menghindar dari orang yang mendekati
-Kadang anak tidak mau makan

3.Tahap Menolak ( Phase Detachment / Denial )
-Secara samar anak seakan menerima perpisahan ( pura-pura )
-Anak mulai tertarik dengan sesuatu di sekitarnya
-Bermain dengan orang lain
-Mulai membina hubungan yang dangkal dengan orang lain.
-Anak mulai terlihat gembira

d. Kehilangan Fungsi dan Kontrol

Hal ini terjadi karena ada persepsi yang salah tentang prosedur dan pengobatan serta aktivitas di rumah sakit, misalnya karena diikat/restrain tangan, kaki yang membuat anak kehilangan mobilitas dan menimbulkan stress pada anak

e. Gangguan Body Image dan Nyeri
o       Infant masih ragu tentang persepsi body image
o       Tetapi dengan berkembangnya kemampuan motorik infant dapat memahami arti dari organ tubuhnya, missal : sedih/cemas jika ada trauma atau luka.
o       Warna seragam perawat / dokter ( putih ) diidentikan dengan prosedur tindakan yang menyakitkan sehingga meningkatkan kecemasan bagi infant.

Berdasarkan theory psychodynamic, sensasi yang berarti bagi infant adalah berada di sekitar mulut dan genitalnya. Hal ini diperjelas apabila infant cemas karena perpisahan, kehilangan control, gangguan body image dan nyeri infant biasanya menghisap jari, botol.






B. STRESSOR PADA ANAK USIA AWAL ( TODDLER & PRA SEKOLAH

Reaksi emosional ditunjukan dengan menangis, marah dan berduka sebagai bentuk yang sehat dalam mengatasi stress karena hospitalisasi. Pada usia 6 bulan akan memperlihatkan        Separation Anxiety dimana bayi menenagis keras jika ditinggal ibunya.
Perlukaan dan rasa sakit : ekspresi wajah tidak menyenangkan, pergerakan tubuh yg berlebihan dan menangis kuat.


Respon prilaku yang anak sesuai dgn  tahapannya yaitu :
1.     Tahap protes : nangis kuat, menjerit memanggil ortu, menolak perhatian orla.
2.     Tahap  putus asa : namgis berkurang, tidak aktif, kurang minat bermain dan makan, menarik diri, sedih dan apatis.
3.     Tahap denial : samar menerima, membina hubungan dangkal, dan anak mulai menyukai lingkungan.

a.Pengertian anak tentang sakit:
1.     Anak mempersepsikan sakit sebagai suatu hukuman untuk perilaku buruk, hal ini terjadi karena anak masih mempunyai keterbatasan tentang dunia di sekitar mereka.
2.     Anak mempuyai kesulitan dalam pemahaman mengapa mereka sakit, tidak bias bermain dengan temannya, mengapa mereka terluka dan nyeri sehingga membuat mereka harus pergi ke rumah sakit dan harus mengalami hospitalisasi.
3.     Reaksi anak tentang hukuman yang diterimanya dapat bersifat passive, cooperative, membantu atau anak mencoba menghindar dari orang tua, anak menjadi marah.
b.Separation /perpisahan
-anak takut dan cemas berpisah dengan orang tua
-anak sering mimpi buruk

c.Kehilangan fungsi dan control
Dengan adanya kehilangan fungsi sehubungan dengan terganggunya fungsi motorik biasanya mengakibatkan berkurangnya percaya diri pada anak sehingga tugas perkembangan yang sudah dicapai dapat terhambat. Hal ini membuat anak menjadi regresi; ngompol lagi, suka menghisap jari dan menolak untuk makan.Restrain / Pengekangan dapat menimbulkan anak menjadi cemas

d.Gangguan Body Image dan nyeri
-Merasa tidak nyaman akan perubahan yang terjadi
-Ketakutan terhadap prosedur yang menyakitkan



C. STRESSOR PADA USIA PERTENGAHAN
Restrain atau immobilisasi dapat menimbulkan kecemasan

a.Pengertian tentang sakit
§        anak usia 5 – 7 tahun mendefinisikan bahwa mereka sakit sehingga membuat mereka harus istirahat di tempat tidur
§        Pengalaman anak yang terdahulu selalu mempengaruhi pengertian anak tentang penyakit yang di alaminya.

b.Separation /Perpisahan
§        Dengan semakin meningkatnya usia anak, anak mulai memahami mengapa perpisahan terjadi.
§        Anak mulai mentolerir perpisahan dengan orang tua yang berlangsunng lama.
§        Perpisahan dengan teman sekolah dan guru merupakan hal yang berarti bagi anak sehingga dapat mengakibatkan anak menjadi cemas.

c.Kehilangan Fungsi Dan Kontrol
§        Bagi anak usia pertengahan ancaman akan harga diri mereka sehingga sering membuat anak frustasi, marah dan depresi.
§        Dengan adanya kehilangan fungsi dan control anak merasa bahwa inisiatif mereka terhambat.
d.Gangguan body image dan nyeri
§        anak mulai menyadari tentang nyeri
§        Anak tidak mau melihat bagian tubuhnya yang sakit atau adanya luka insisi.



D. STRESSOR PADA ANAK USIA AKHIR
a.pengertian:
§        Anak mulai mulai memahami konsep sakit yang bias disebbkan oleh factor eksternal atau bakteri, virus dan lain-lain.
§        Mereka percaya bahwa penyakit itu bisa dicegah

b.Separation / Perpisahan
§        Perpisahan dengan orang tua buakan merupakan suatu masalah
§        Perpisahan dengan teman sebaya / peer group dapat mengakibatkan stress
§        Anak takut kehilangan status hubungan dengan teman
c.Kehilangan fungsi control
Anak takut kehilangan control diri karena penyakit dan rasa nyeri yang dialaminya.

d.Gangguan body Image
§        Anak takut mengalami kecacatan dan kematian
§        Anak takut sesuatu yang terjadi atau berpengaruh terhadap alat genitalianya



E. STRESSOR PADA ADOLESCENT/REMAJA

a.Pengertian tentang sakit
§        Anak mulai memahami konsep yang abstrak dan penyebab sakit yang bersifat kompleks
§        Anak mulai memahami bahwa hal-hal yang bias mempengaruhi sakit.

b.Separation / Perpisahan
§        Anak remaja sangat dipengaruhi oleh peer groupnya, jika mereka sakit akan menimbulkan stress akan perpisahan dengan teman sebayanya.
§        Anak juga kadang menghinda dan mencoba membatasi kontak dengan peer groupnya jika mereka mengalami kecacatan.

c.Kehilangan fungsi control
§        bagi remaja sakit dapat mempengaruhi fungsi kemandirian mereka.
§        Penyakit kronis dapat menimbulkan kehilangan dan mengncam konsep diri remaja.
§        Reaksi anak biasanya marah frustasi atau menarik diri

d.Gangguan body image
§        sakit pada remaja mengakibatkan mereka merasa berbeda dengan peer groupnya dan sangat mempengaruhi kemampuan anak dalam menangani stress karena adanya perubahan body image. Remaja khawatir diejek oleh teman / peer groupnya.
§        Mengalami stress apabila dilakukan pemeriksaan fisik yang berhubungan dengan organ seksual.

F. STRESSOR DAN REAKSI KELUARGA SEHUBUNGAN DENGAN HOSPITALISASI ANAK

Bagian integral dari keluarga
àAnak
Jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap angggota keluarga dan fungsi keluarga ( Wong & Whaley, 1999)

A. Reaksi orang tua dipengaruhi oleh :

1.Tingkat keseriusan penyakit anak
2.Pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi
3.Prosedur pengobatan
4.Kekuatan ego individu
5.Kemampuan koping
6.Kebudayaan dan kepercayaan
7 Komunikasi dalam keluarga
Pada umumnya reaksi orang tua:
1.Denial / disbelief
Tidak percaya akan penyakit anaknya
2.Marah / merasa bersalah
Merasa tidak mampu merawat anaknya
3.Ketakutan, cemas dan frustasi
-Tingkat keseriusan penyakit
-Prosdur tindakan medis
-Ketidaktahuan
4.Depresi
-terjadi setelah masa krisis anak berlalu
-Merasa lelah fisik dan mental
-Khawatir memikirkan anaknya yang lain di rumah
-Berhubungan dengan efek samping pengobatan
-Berhubungan dengan biaya pengobatan dan perawatan








G. Reaksi sibling

a.Pada umumnya reaksi sibling
-merasa kesepian
-Ketakutan
-Khawatir
-Marah
-Cemburu
-Rasa benci
-Rasa bersalah

b.Pengaruh pada fungsi keluarga
-Pola Komunikasi
-Komunikasi antar anggota keluarga terganggu
-Respon emosional tidak dapat terkontrol dengan baik


c. Penurunan peran anggota keluarga
Pola komunikasi
-Kehilangan peran orang tua
-Perhatian orang tua tertuju pada anak yang sakit dan di rawat
-Kadang orang tua menyalahkan sibling sebagai perilaku antisocial.


d. Cara mengatasi masalah yang mungkin timbul sehubungan dengan hospitalisasi anak
·        Libatkan orang tua dalam mengatasi stress anak dan pelaksanaan asuhan keperawatan
·        Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan anak dan keluarga.
·        Kurangi batasan-batasan yang diberikan pada anak
·        Beri dukungan pada anak dan keluarga
·        Beri informasi yang adekuat.


 

 

 

H. REAKSI ORTU DAN SAUDARA KANDUNG TERHADAP ANAK YANG DIHOSPITAL

 1. Reaksi ortu :

·        Perasaan cemas dan takut : perasaan tersebut muncul pada saat ortu melihat anak mendapat prosedur menyakitkan ( Perawat harus bijaksana dan bersikap pada anak dan ortu).

·        Cemas yang paling tinggi dirasakan ortu pada saat menunggu informasi ttg diagnosis penyakit anaknya.

·        Rasa takut muncul pada ortu terutama akibat takut kehilangan anak pada kondisi  sakit terminal.

·        prilaku yang sering ditunjukkan ortu : sering bertanya ttg hal yang sama secara berulang pada org berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang, dan bahkan marah.

 

2. Perasaan Sedih : Muncul pada saat anak dalam kondisi terminal dan ortu mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya untuk sembuh.

 3. Perasaan frustasi :  Muncul pada kondisi anak yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan psikologis.

Reaksi saudara kandung

·        Marah

·         Cemburu

·         Benci dan bersalah

 

 

 

 

 

I. INTERVENSI KEPERAWATAN DALAM MENGATASI DAMPAK HOSPITALISASI

1.     Meminimalkan sressor atau penyebab stres.

2.     Melibatkan ortu berperan aktif dlm

 

1. perawatan (rooming in)

-         Modifikasi ruang  perawatan  dgn membuat situasi ruang perawatyan seperti  dirumah.

-         Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah.

-          Mengurangi kehilangan kontrol : menghindari pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif thp petugas.

-          Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan : menjelaskan sebelum melakukan prosedur.

 

2. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi

-         Memberi kesempatan pada ortu mempelajari tukem anak dan reaksi anak thp sressor yg dihadapi selama dirawat.

-         Dapat dijadikan media untuk belajar ortu.

-         Memberi kesempatan pada anak mengambil keputusan, tidak bergantung pada orla dan percaya diri.

-         Beri kesempatan pada anak untuk saling mengenal dan membagi pengalaman.  

 

3. Memberikan dukungan pada anggota keluarga lain

-         Berikan dukungan kepada keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS.

-         Fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pada psikolog atau ahli agama

-         Beri dukungan kepada keluarga untuk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakininya.

-         Fasilitasi untuk menghadirkan saudara kandung anak .

 

4. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan  di RS :

-         Pada tahap sebelum masuk di RS dilakukan : a. Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatan yg diperlukan,

-         b. Apabila anak harus dirawat secara berencana, 1-2 hari sebelum dirawat diorientasikan dgn situasi RS dgn bentuk miniatur bangunan RS.  

 

Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan

         a. Kenalkan perawat dan dokter yang akan merawatnya.

         b. Orientasikan anak dan ortu pada ruang rawat yang ada beserta fasilitas yang dapat digunakan.

         c. Kenalkan dgn pasien anak lain yang menjadi teman sekamarnya.

         d.Berikan identitas pada anak  

         e. Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yang akan diikuti.

         f. Laksanakan pengkajian riwayat kep.

         g.Lakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya sesuai dgn  yang programkan. 

 

 

J. STRESOR- STRESOR LAIN

a. Masuk Rumah Sakit
  • Rencana: Konseling program oleh perawat 
  • Tahu prosedur medis, fasilitas untuk pasien, petugas perawatan 
  • Persiapan 
  • Atur kamar berdasarkan tingkat usia, dx penyakit, penyakit menular, perkiraan lamanya dirawat
  • Siapkan teman sekamar (balita s/d remaja) 
  • Siapkan kamar untuk anak dan ortu (formulir dan alat yg dibutuhkan tersedia)


b. Saat masuk
  •    Kenalkan  tim pada anak dan keluarga 
  •   Orientasi ruangan/ fasilitas 
  • Kenalkan anak dan keluarga dg teman sekamar  
  • Berikan gelang identitas 
  • Jelaskan peraturan RS dan jadualnya
  • Ukur VS, TB dan BB
  • Lakukan pemeriksaan lab
  • Dukung anak saat dilakukan pemeriksaan fisik


c. Saat masuk UGD
  •    Perpanjang prosedur persiapan masuk tidak tepat dan tidak mungkin pada situasi darurat 
  • Jika bukan mengancam kehidupan, ajak anak bekerja sama


d. Focus pada komponen konseling dirawat
  •   perkenalan, gunakan nama anak bukan sayang, tentukan tingkat tukem, inf status kes anak, inf keluhan utama anak dan ortu


e. Saat msuk ICU
  •   Siapkan anak dan ortu untuk ICU elektif (post op jantung)
  • Siapkan anak dan ortu untuk masuk yg tak terduga
  • Siapkan ortu s.d penampilan anak dan perilakunya, saat pertama mengunjungi anak di ICU 
  • Temani ortu disisi tempat tidur anak--> support 
  • Siapkan saudara kandung untuk kunjungan dan monitor reaksi mereka


Stressor di icu
  •     Untuk anak dan keluarga
    •     Stresor fisik
  •   nyeri dan rasa tidak nyaman 
  •   imobilisasi 
  • kurang tidur 
  • Tidak mampu makan minum 
  • Perubahan kebiasaan eliminasi

  •    Untuk anak dan keluarga
    •    Stresor fisik
      • nyeri dan rasa tidak nyaman 
      •  imobilisasi
      • kurang tidur
      • Tidak mampu makan minum 
      • Perubahan kebiasaan eliminasi


f. Stresor Lingkungan
  • Lingk. asing
  • Bunyi yang asing
  • Orang asing 
  •  Bau asing dan tidak enak
  • Cahaya yg terus menerus
  • aktivitas ke pasien lain
  • kesiagaan petugas



g. Stresor Psikologis
  • kurangnya privacy
  • Tidak mampu berkomunikasi
  • Tidak cukup tahu dan paham tentang situasi
  • Penyakit yg berat
  • Perilaku ortu


h. Stresor Sosial
  • Hub. yg terputus 
  • peduli terhadap sekolah atau pekerjaan
  • Gangguan/ kurang bermain